SALAH satu peristiwa yang perlu diwaspadai setiap orang beriman di hari kemudian adalah “bangkrut di Pengadilan akhirat”. Sungguh tidak ada lagi malapateka yang paling dahsyat menimpa manusia selain bangkrut di pengadilan akhirat. Betapa tidak, di pengadilan tersebut tidak ada lagi Jaksa penuntut umum, tidak ada pengacara, tidak ada jual-beli hukum; tidak ada majelis hakim; tidak ada saksi ahli dan sebagainya. Di pengadilan itu hanya ada hakim tunggal yakni ”The caster the day after”, sang raja di raja. Dialah Allah, Hakim yang Maha Adil; Maha Tahu, Maha Berkuasa, dan Maha segala-galanya.
Berbarengan dengan “pengadilan Akhirat” ini, Baginda Rasulullah SAW, pernah mengajukan pertanyaan kepada para sahabatnya, Beliau bertanya: “Tahukah kamu siapakah orang yang bangkrut itu?”. Mendengarkan pertanyaan tersebut, beberapa sahabat menjawab, “Menurut kami, orang yang bangkrut itu adalah orang yang dulunya kaya raya dan memiliki harta banyak namun kini telah habis”. Mendengar jawaban itu, Baginda Rasulullah SAW. memberikan penjelasan. “orang yang bangkrut itu adalah ummatku yang pada saat pengadilan akhirat berlangsung, ia datang melaporkan amal kebajikannya; namun saat memproses amalan tersebut beberapa orang menuntutnya. “Ya Rasulullah, benar orang ini kuat ibadah, hebat berpuasa, gemar berzakat dan berbuat amal kebajikan lainnya. Namun orang tersebut juga selama hidup di dunia suka memfitnah, suka mencerita belakang sesamanya, suka menebar issu, menebar gosip, suka membunuh karir sesamanya bahkan suka memakan harta anak yatim. Karena itu, di pengadilan akhirat ini kami menuntut perbuatan orang ini terhadap diri kami”.
Mendengarkan pengaduan tersebut; maka segala amal kebajikan yang pernah diperbuat oleh ahli ibadah tadi diberikan kepada seluruh orang yang disakiti. Meskipun tuntutan telah diselesaikan namun masih juga berderet orang menuntut. Untuk mengatasi tuntutan itu maka dosa orang yang “antri” menuntut “ganti – rugi ” diberikan kepada sang ahli ibadah tadi. Karena seluruh amalan telah habis> dan dosa orang yang dianiaya dipikul semuanya ma’ka sang ahli Ibadah ini dilemparkan ke dalam api neraka. Inilah yang saya maksudkan dengan orang yang bangkrut itu,” Kunci Rasulullah dalam dialog dengan sahabat-sahabatnya.
Dialog di atas menunjukkan pada kita, betapa manusia harus selalu menjaga hubungan baik, antar sesama manusia. Sebab, dosa antar sesama manusia tidak dapat terampunkan tanpa orang tersebut memaafkan. Ketahuilah bahwa sujud, tasbih, memuja Allah, berpuasa, berhaji, berinfak dan sebagainya akan sia-sia, apabila manusia tidak menjaga hubungan yang baik antar sesama manusia. Karena itulah, mari kita buang rasa benci, rasa dendam dan iri hati, mari kita taut rasa persaudaraan dan persahabatan; mari kita buka hati untuk saling memaafkan; mari kita saling mendukung; saling merangkul bukan saling memukul. Semoga dengan hati yang bening kita tetap meraih hidayah dan taufiq dari Allah SWT. Dalam mengarungi kehidupan ini. Kita berharap pula, semoga di pengadilan akhirat kelak kita tidak termasuk “orang yang bangkrut” sebagaimana yang digambarkan oleh Baginda Rasulullah SAW
Filed under: Opini
Akan lebih bagus lagi jika saudara mencantumkan haditsnya. Trims