Prof. Dr. H. Paisal Halim, M.Hum

Di Atas Langit Masih Ada Langit

WASPADAI DOA MALAIKAT JIBRIL

Alhamdulillah, patut kita panjatknt puji syukur ke­hadirat Allah Subhanahu Wa Taala atas limpahan rah­mat dan taufiq-Nya yang dicurahkan kepada kita se­mua sehingga pada hari ini kita dapat rnerayakan hari kemenangan. Kita gembira merayakan kemenangan karena selama satu bulan kita berhasil berjuang mel­awan hawa nafsu di bulan suci Ramadan.

Kita tentu berharap semoga Tuhan menerima segala perjuangan tersebut dengan mengampuni segala dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Ampunan dosa ini diharapkan sesuai dengan jam­inan Rasulullah Saw dalam salah satu sabdanya yang artin­ya: “Bulan Ramadan adalah bulan yang telah diwajibkan oleh Allah puasa dan aku men­contohkan kepadamu bangun sembahyang di malam hari, maka siapa yang puasa dan melaksanakan sembahyang di malam hari (tarwih dan kiyamullail) semata-mata karena iman dan mengharap ridha Ilahi, akan diampuni segala dosa-dosanya laksana ia baru dilahirkan dari perut ibunya.”(H.R. Ibn Majah Albaihaqi).

Hanya saja perlu kita waspa­dai doa Jibril pada hari raya idil fitri. Doa tersebut sangat perlu diwaspadai karena doa itu dia­jukan khusus oleh Malaikat Jibril kepada Allah SWT., bahkan doa tersebut diaminkan oleh Baginda Rasulullah Saw. Kita dapat membayangkan betapa kerasnya doa ini sehingga malaikat Jibril sendiri meminta kepada Baginda Rasul untuk mengaminkannya.

Dalam satu riwayat dijelaskan bahwa “pada suatu hari takkala Rasulullah Saw bersama sa­habatnya selesai melaksanakan hari raya idil fitri, Beliau mengucapkan kata Amin tiga kali. Amin, Amin, Amin ya Allah. Mendengarkan ucapan terse­but, para sahabat tertegun me­lihat peristiwa ini sebab tidak biasanya Rasulullah berbuat demikian. Lalu para sahabat balik bertanya : Wahai Rasulullah, baru saja kami mendengar­kan Engkau mengucapkan Amin sebanyak tiga kali, ada apa gerangan wahai Rasulull­ah sehingga mengucapkan hal tersebut? Mendengar pertan­yaan itu, Rasulullah Saw men­jawab :” Wahai Sahabatku, baru saja Malaikat Jibril datang menghampiriku dan meminta kepadaku untuk mengaminkan doa yang akan dipanjatkan ke­pada Allah SWT di hari raya idil fitri ini”. Mendengar jawaban tersebut, para sahabat semakin penasaran untuk mengetahui isi dari doa malaikat Jibril ini. Rasul menjelaskan bahwa Malaikat Jibril berdoa sebagai berikut :” Ya Allah. di hari raya idil fitri ini janganlah sekali kali Engkau menerima amal ibadah dari segenap anak yang durha­ka kepada orang tuanya sebe­lum ia bertobat kepadanya. Lalu aku mengucapkan Amin. Ke­mudian Jibril melanjutkan doanya, Ya, Allah aku mohon kepadaMu janganlah engkau menerima amal puasa dan amal kebajikan lainnya suami-isteri yang belum saling memaafkan di hari raya idil fitri ini. Aku pun menjawab Amin. Lalu Jibril pun melanjutkan doanya, Ya Allah, Aku mohon padamu, jangan pula Engkau menerima amal puasa dan ibadah dari seorang muslim yang belum saling me­maafkan di hari raya idil fitri ini.Aku pun menjawab Amin.

Ketiga doa ini, perlu diwasp­adai jangan sampai isi doa terse­but terkait dengan diri kita yang pada hari ini merayakan ke­menangan. Betapa tidak, bila hal ini tidak diwaspadai, boleh jadi manusia merasa merebut keme­nangan dalam perjuangan mela­wan hawa nafsu di hari raya idil fitri namun kemenangan terse­but dianulir oleh sang dewan yuri. Dianulir karena sikap sal­ing memaafkan belum dilaksanakan antara anak dengan orang tuanya, antara isteri dengan suaminya dan antara sesama manusia.

Kita masih mengenang suatu peristiwa nyata yang terjadi di masa Rasulullah saw. Diceriter­akan Oleh Anas radiallahu Anhu. Beliau berkata bahwa :pada zaman Rasulullah ada se­orang sahabat bernama Alqomah. Pemuda ini sangat rajin dan taat beribadah. Pada suatu hari, pemuda ini sakit be­rat dan sekarat. Melihat kondi­si demikian, Isteri Alqomah meminta bantuan pada tetang­ganya untuk menyampaikan hal ini kepada Rasulullah. Bahwa Alqamah dalam sakaratul maut. Seusai utusan ini bertemu Ra­sulullah, maka Baginda mengu­tus empat sahabatnya yakni : Bilal, Ali, Salman dan Ammar untuk melihat keadaan Alqamah dan menuntun untuk membaca kalimat Laa illaha illa­llah. Ketika para sahabat menuntun membaca kalimat tersebut, pemuda yang rajin shalat , puasa dan bersedekah ini tidak mampu mengucap se­suatu seolah-olah lidahnya terkunci mengucapkan kalimat tersebut. Pada hal nafasnya tinggal dikerongkongan. Melihat kondisi ini, sahabat mengu­tus Bilal untuk menyampaikan kondisi Alqomah ini kepada Rasulullah. Seterimanya infor­masi dari Bilal, Rasulullah bert­anya : Bilal, apakah ia masih mempunyai ayah dan ibu ? Bi­lal menjawab: Ayahnya telah meninggal , sedang ibunya masih hidup tetapi sudah ter­lampau tua. Mendengar keter­angan tersebut, Rasulullah berka­ta :”Bilal, pergilah kepada Ibu Alqomah, sampaikan salamku kepadanya dan katakan : Jika engkau dapat berjalan pergilah kepada Rasulullah saw dan jika tidak dapat maka Rasulullah saw akan datang menjump­aimu”. Mendengar pesan terse­but, Ibu Alqomah yang tua ren­ta ini menjawab ” sayalah yang pantas untuk menghadap pada Nabi. Diambilnya tongkat dan mulailah lbu Alqomah berjalan hingga masuk kerumah Nabi saw. Sesudah ia memberi salam, ia duduk didepan Nabi. Lalu Nabi saw bertanya “Beritakan yang sebenarnya kepadaku, jika kau dusta niscaya akan turun wahyu memberitahu kepadamu

Bagaimanakah keadaan alqomah ‘? tanya Rasulullah ke­pada Ibu Alqomah. Orang tua itu pun menjawab” Alqomah sangat rajin shalat, puasa, sed­eqah dan amalan lainnya. Nabi pun bertanya lagi ` Lalu bagaimana hubunganmu den­gan anakmu itu ? ” Saya san­gat murka kepadanya ” -Men­gapa demikian ?” Karena se­menjak dia beristeri dia lebih mengutamakan isterinya dari­pada aku bahkan dia sudah be­rani menentangku”. Mendengar jawaban tersebut, Rasulullah berkata bahwa murka ibunya inilah yang mengunci mulut alqomah mengucapkan kalimat Laa ilaha illallah diakhir hayat­nya”. Pada saat itu Baginda memerintahkan Bilal untuk “un­tuk mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya untuk membakar Al,qamah. Menden­gar perintah itu, Ibu Alqomah bertanya :” Ya, Rasulullah, apakah putra buah hatiku ini akan kau bakar di depanku, bagaimana mungkin aku dapat mener­ima hal ini ?” Rasulullah bers­abda :” Hai ibu alqomah, siksa Allah jauh lebih berat dan kekal, karena itu jika kamu ingin Allah mengampuni dosa anakmu, maka kau harus ridho kepadan­ya.

Demi Allah yang jiwaku ada ditangannya, tidak akan berguna shalat, sedekah dan puasanya selama engkau belum memaafkan dosanya”. Lalu ibu Alqomah mengangkat kedua tangannya dan berkata” Ya Rasulullah, saya mempersaksikan kepada Allah di Iangit dan kau Ya Rasulullah dan sia­pa saja yang hadir di tempat ini bahwa saya telah ridha dan memaafkan segala dosa Alqomah”. Mendengar ucapan tersebut, Rasulullah menyuruh Bilal pergi melihat Alqomah apakah sudah mengucap Laa ilaha illallah. hal ini dilakukan karena Rasulullah kuatir kalau-­kalau ibu Alqomah mengucap­kan itu tidak keluar dari lubuk hatinya. Namun ketika Bilal sampai di pintu rumah Alqomah, tiba-tiba terdengar suara Alqomah membaca: Laa ilaha illallah.

Sesudah dimandikan, dikaf­ani dan dimakamkan, Nabi Saw. berdiri di atas tepi kuburan Alqomah sambil berkata:” wa­hai sahabat muhajirin dan An­shar, siapa saja yang lebih men­gutamakan isterinya dari pada ibunya maka ia akan dilaknat oleh Allah, malaikat dan manu­sia semuanya. Bahkan Allah tidak akan menerima segala amal kebajikan baik fardu maupun sunat, kecuali jika manusia benar-benar bertobat kepada Allah dan berbuat baik kepada ibunya dan minta keridhaan­nya. Sebab ridha Allah bergan­tung pada ridha orang tua dan murka Allah bergantung pada murka kedua orang tua.

Hal lain yang perlu diwaspa­dai dari doa malaikat Jibril di Hari Raya Idul Fitri adalah sal­ing memaafkan antara suami dan isteri. Apabila perilaku sal­ing memaafkan antara suami dan isteri belum dilaksanakan maka sia-sialah shalat. puasa dan amalan-amalan lain yang diperbuat selama dalam bulan Ramadan. Bukankah survey di lapang menunjukan bahwa manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga sangat banyak gelombang dan badai yang menghantam. Tidak sedikit dosa yang dibuat oleh suami terhadap isterinya. Sebaliknya tidak sedikit pula dosa yang diperbuat oleh isteri terhadap suaminya. Bahkan hampir tiada hari tanpa dosa yang diperbuat oleh keduanya. Karena itu adalah sangat wajar apabila di Hari Raya Idul Frtri ini ketika merayakan kemenangan, suami isteri saling memaafkan.

Dalam perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw, Beliau melihat banyak sekali wanita berada di neraka. Lalu sahabat bertanya, apakah penyebabnya wahai rasul? Nabr menjawab karena kebanyakan diantara mereka yang durhaka kepada suaminya akibat tidak pandai `bersyukuratas apa yang diberi­kan kepadanya.

Demikian pun terhadap hubungan sesama manusia. Setiap orang perlu mewaspa­dainya karena bisa saja. dapat mengugurkan amalan ibadah yang diperbuat selama ini. Bah­kan Rasulullah Saw, dalam suatu riwayat menjelaskan bah­wa: ” Pada hari kemudian nanti ada dua golongan yang tidak akan dipandang oleh Allah yakni or­ang yang memutuskan tali silatur­ahmi dan orang yang suka ber­buat buruk kepada tetangganya.

Ramadan telah kita jalani. Ramadan telah melatih dan menggembleng kita untuk mel­awan hawa nafsu. Mari kita buka mata dan hati bahwa pangkat, jabatan dan harta yang kita miliki hanyalah titipan semata. Karenanya janganlah dengan hal tersebut membuat kita lupa diri dan berbangga hati. Demikian pun dengan titel berenteng yang kita sandang, janganlah membuat kita angkuh dan sombong apalagi memu­tuskan silaturrahmi, karena hal tersebut dapat meruntuhkan amalan ibadah yang kita ban­gun selama ini. Semoga Hari Raya Idul Fitri ini, dapat membuka lembaran baru, kita memohon ampun atas se­gala dosa yang kita perbuat antar sesama manusia. Mari buka hati kita masing-masing, ben­tangkan kembali silaturrahmi antara sesama; mari kita buang jauh-jauh buruk sangka, iri hati, dengki, benci dan dendam kare­na hal tersebut merupakan ko­toran batin yang dapat menyumbat saluran kedekatan dengan Ilahi. Mari saling menghargai: saling menghormati, saling nasehat-menasehati, saling ingat mengingatkan sekaligus saling memaafkan di hari kemenangan ini. Mari kita hindar­kan diri untuk saling gasak, sal­ing gesek dan saling gosok ant­ara satu sama lain, karena sung­guh sikap dan prilaku tersebut tidak Islami dan dapat merun­tuhkan amal kebajikan yang kita perbuat.

Sekali lagi mari kita waspa­dai doa malaikat Jibril tersebut dengan membuka hati selebar lebarnya untuk saling memaaf­kan di Hari Raya Idul Fitri ini. Semoga dengan sikap tersebut, kita dapat merayakan kemenan­gan melawan hawa nafsu den­gan meraih “Piala Citra” berupa ampunan dosa dari Allah Semoga!.

Filed under: Opini

2 Responses

  1. nur hasan says:

    subhanalloh…rupanya miris juga kalau membaca…tapi mesti disikapi dengan sebaikbaiknya..mumpung belum idul fitri.Terima kasih Prof atas tausyiahnya…mengingatkan saya bersegera minta maaf.sekali lagi terima kasih

  2. husnul says:

    ASS. WR. WB
    maaf doa malaikat jibril di atas teks arabnya ada di kitab apa ya ustadz? mohon penjelasan karena ada jamaah kami yang menanyakannya? terima kasih was. wr wb (husnul – jawa tengah)

Leave a comment

Welcome Myspace Comments

Penulis

Waktu

Tulisan-tulisan yang telah dimuat di berbagai media cetak lokal seperti Palopo Pos, Harian Fajar, Majalah Payung Luwu dan BUletin BPSDM yang memaparkan tentang fenomena sosial yang terjadi di Indonesia serta karya-karya yang bernafaskan Islam.

Anda Pengunjung Ke

Telah dikunjungi oleh

  • 184,987 pembaca

Deteksi Lokasi

Terima Kasih Kunjungannya

Thank You Myspace Comments